Jumat, 08 April 2011

Algoritma Brute Force

Definisi Brute Force
 Brute force adalah sebuah pendekatan yang lempang (straightforward) untuk memecahkan suatu masalah, biasanya didasarkan pada pernyataan masalah (problem statement) dan definisi konsep yang dilibatkan.
 Algoritma brute force memecahkan masalah dengan sangat sederhana, langsung dan dengan cara yang jelas (obvious way).
 Contoh-contoh Brute Force
1. Menghitung an (a > 0, n adalah bilangan bulat tak-negatif)

an = a x a x … x a (n kali) , jika n > 0
= 1 , jika n = 0

Algoritma: kalikan 1 dengan a sebanyak n kali
2. Menghitung n! (n bilangan bulat tak-negatif)
n! = 1 × 2 × 3 × … × n , jika n > 0
= 1 , jika n = 0
Algoritma: kalikan n buah bilangan, yaitu 1, 2, 3, …, n, bersama-sama
3. Mengalikan dua buah matrik yang berukuran n × n.
 Misalkan C = A × B dan elemen-elemen matrik dinyatakan sebagai cij, aij, dan bij
 Algoritma: hitung setiap elemen hasil perkalian satu per satu, dengan cara mengalikan dua vektor yang panjangnya n.
4. Menemukan semua faktor dari bilangan bulat n selain dari 1 dan n itu sendiri.
 Definisi: Bilangan bulat a adalah faktor dari bilangan bulat b jika a habis membagi b.
5. Mencari elemen terbesar (atau terkecil)
Persoalan: Diberikan sebuah himpunan yang beranggotakan n buah bilangan bulat. Bilangan-bilangan bulat tersebut dinyatakan sebagai a1, a2, …, an. Carilah elemen terbesar di dalam himpunan tersebut.
6. Sequential Search
Persoalan: Diberikan n buah bilangan bulat yang dinyatakan sebagai a1, a2, …, an. Carilah apakah x terdapat di dalam himpunan bilangan bulat tersebut. Jika x ditemukan, maka lokasi (indeks) elemen yang bernilai x disimpan di dalam peubah idx. Jika x tidak terdapat di dalam himpunan tersebut, maka idx diisi dengan nilai 0.
7. Bubble Sort
• Apa metode yang paling lempang dalam memecahkan masalah pengurutan? Jawabnya adalah algoritma pengurutan bubble sort.
• Algoritma bubble sort mengimplementasikan teknik brute force dengan jelas sekali.
8. Uji keprimaan
Persoalan: Diberikan sebuah bilangan bilangan bulat positif. Ujilah apakah bilangan tersebut merupakan bilangan prima atau bukan.
9. Menghitung nilai polinom secara brute force
Persoalan: Hitung nilai polinom
p(x) = anxn + an-1xn-1 + … + a1x + a0
pada titik x = x0.
Perbaikan (improve):
 Karakteristik Algoritma
Brute Force
1. Algoritma brute force umumnya tidak “cerdas” dan tidak mangkus, karena ia membutuhkan jumlah langkah yang besar dalam penyelesaiannya. Kadang-kadang algoritma brute force disebut juga algoritma naif (naïve algorithm).
2. Algoritma brute force seringkali merupakan pilihan yang kurang disukai karena ketidakmangkusannya itu, tetapi dengan mencari pola-pola yang mendasar, keteraturan, atau trik-trik khusus, biasanya akan membantu kita menemukan algoritma yang lebih cerdas dan lebih mangkus.
3. Untuk masalah yang ukurannya kecil, kesederhanaan brute force biasanya lebih diperhitungkan daripada ketidakmangkusannya.

Algoritma brute force sering digunakan sebagai basis bila membandingkan beberapa alternatif algoritma yang mangkus.
4. Algoritma brute force seringkali lebih mudah diimplementasikan daripada algoritma yang lebih canggih, dan karena kesederhanaannya, kadang-kadang algoritma brute force dapat lebih mangkus (ditinjau dari segi implementasi).

 Algoritma Brute Force (lanjutan)
 Contoh-contoh lain
1. Pencocokan String (String Matching)
Persoalan: Diberikan
a. teks (text), yaitu (long) string yang
panjangnya n karakter
b. pattern, yaitu string dengan panjang m
karakter (m < n) yang akan dicari di dalam
teks.
Carilah lokasi pertama di dalam teks yang bersesuaian dengan pattern.
Algoritma brute force:
1. Mula-mula pattern dicocokkan pada awal teks.
2. Dengan bergerak dari kiri ke kanan, bandingkan setiap karakter di dalam pattern dengan karakter yang bersesuaian di dalam teks sampai:
• semua karakter yang dibandingkan cocok atau sama (pencarian berhasil), atau
• dijumpai sebuah ketidakcocokan karakter (pencarian belum berhasil)
• Bila pattern belum ditemukan kecocokannya dan teks belum habis, geser pattern satu karakter ke kanan dan ulangi langkah 2.
Contoh 1:
Pattern: NOT
Teks: NOBODY NOTICED HIM

NOBODY NOTICED HIM
1 NOT
2 NOT
3 NOT
4 NOT
5 NOT
6 NOT
7 NOT
8 NOT
Contoh 2:
Pattern: 001011
Teks: 10010101001011110101010001

10010101001011110101010001
1 001011
2 001011
3 001011
4 001011
5 001011
6 001011
7 001011
8 001011
9 001011
2. Mencari Pasangan Titik yang
Jaraknya Terdekat
Persoalan: Diberikan n buah titik (2-D atau 3-D), tentukan dua buah titik yang terdekat satu sama lain.
 Jarak dua buah titik di bidang 2-D, p1 = (x1, y1) dan p2 = (x2, y2) adalah (rumus Euclidean):
 Algoritma brute force:
1. Hitung jarak setiap pasang titik.
2. Pasangan titik yang mempunyai jarak terpendek itulah jawabannya.
 Algoritma brute force akan menghitung sebanyak C(n, 2) = n(n – 1)/2 pasangan titik dan memilih pasangan titik yang mempunyai jarak terkecil.
Kompleksitas algoritma adalah O(n2).
 Kekuatan dan Kelemahan Metode Brute Force
 Kekuatan:
1. Metode brute force dapat digunakan untuk memecahkan hampir sebagian besar masalah (wide applicability).
2. Metode brute force sederhana dan mudah dimengerti.
3. Metode brute force menghasilkan algoritma yang layak untuk beberapa masalah penting seperti pencarian, pengurutan, pencocokan string, perkalian matriks.
4. Metode brute force menghasilkan algoritma baku (standard) untuk tugas-tugas komputasi seperti penjumlahan/perkalian n buah bilangan, menentukan elemen minimum atau maksimum di dalam tabel (list).
 Kelemahan:
1. Metode brute force jarang menghasilkan algoritma yang mangkus.
2. Beberapa algoritma brute force lambat sehingga tidak dapat diterima.
3. Tidak sekontruktif/sekreatif teknik pemecahan masalah lainnya.
 Ken Thompson (salah seorang penemu Unix) mengatakan: “When in doubt, use brute force”, faktanya kernel Unix yang asli lebih menyukai algoritma yang sederhana dan kuat (robust) daripada algoritma yang cerdas tapi rapuh.
 Exhaustive Search
Exhaustive search adalah
 teknik pencarian solusi secara solusi brute force untuk masalah yang melibatkan pencarian elemen dengan sifat khusus;
 biasanya di antara objek-objek kombinatorik seperti permutasi, kombinasi, atau himpunan bagian dari sebuah himpunan.
 Langkah-langkah metode exhaustive
search:
1. Enumerasi (list) setiap solusi yang mungkin dengan cara yang sistematis.
2. Evaluasi setiap kemungkinan solusi satu per satu, mungkin saja beberapa kemungkinan solusi yang tidak layak dikeluarkan, dan simpan solusi terbaik yang ditemukan sampai sejauh ini (the best solusi found so far).
3. Bila pencarian berakhir, umumkan solusi terbaik (the winner)
 Meskipun algoritma exhaustive secara teoritis menghasilkan solusi, namun waktu atau sumberdaya yang dibutuhkan dalam pencarian solusinya sangat besar.
 Contoh-contoh exhaustive search
1. Travelling Salesperson Problem (TSP)
 Persoalan: Diberikan n buah kota serta diketahui jarak antara setiap kota satu sama lain. Temukan perjalanan (tour) terpendek yang melalui setiap kota lainnya hanya sekali dan kembali lagi ke kota asal keberangkatan.
 Persoalan TSP tidak lain adalah menemukan sirkuit Hamilton dengan bobot minimum.
 Algoritma exhaustive search untuk persoalan TSP:
1. Enumerasikan (list) semua sirkuit Hamilton dari graf lengkap dengan n buah simpul.
2. Hitung (evaluasi) bobot setiap sirkuit Hamilton yang ditemukan pada langkah 1.
3. Pilih sirkuit Hamilton yang mempunyai bobot terkecil.
 Contoh 4:
TSP dengan n = 4, simpul awal = a
 Untuk n buah simpul semua rute perjalanan yang mungkin dibangkitkan dengan permutasi dari n – 1 buah simpul.
 Permutasi dari n – 1 buah simpul adalah
(n – 1)!
 Pada contoh di atas, untuk n = 6 akan terdapat

(4 – 1)! = 3! = 6

buah rute perjalanan.
 Jika diselesaikan dengan metode exhaustive search, maka kita harus mengenumerasi sebanyak (n – 1)! buah sirkuit Hamilton, menghitung setiap bobotnya, dan memilih sirkuit Hamilton dengan bobot terkecil.
 Kompleksitas waktu algoritma exhaustive search untuk persoalan TSP sebanding dengan (n – 1)! dikali dengan waktu untuk menghitung bobot setiap sirkuit Hamilton.
 Menghitung bobot setiap sirkuit Hamilton membutuhkan waktu O(n), sehingga kompleksitas waktu algoritma exhaustive search untuk persoalan TSP adalah O(n × n!).
 Perbaikan: setengah dari rute perjalanan adalah hasil pencerminan dari setengah rute yang lain, yakni dengan mengubah arah rute perjalanan
1 dan 6
2 dan 4
3 dan 5
 maka dapat dihilangkan setengah dari jumlah permutasi (dari 6 menjadi 3).
 Ketiga buah sirkuit Hamilton yang dihasilkan adalah seperti gambar di bawah ini:
 Dengan demikian, untuk graf dengan n buah simpul, kita hanya perlu mengevaluasi sirkuit Hamilton sebanyak
(n – 1)!/2 buah.
 Untuk ukuran masukan yang besar, algoritma exhaustive search menjadi sangat tidak mangkus.
 Pada persoalan TSP misalnya, untuk jumlah simpul n = 20 akan terdapat (19!)/2 = 6 ´ 1016 sirkuit Hamilton yang harus dievaluasi satu per satu.
 Sayangnya, untuk persoalan TSP tidak ada algoritma lain yang lebih baik daripada algoritma exhaustive search.
 Jika anda dapat menemukan algoritma yang mangkus untuk TSP, anda akan menjadi terkenal dan kaya! Algoritma yang mangkus selalu mempunyai kompleksitas waktu dalam orde polinomial.
2. 1/0 Knapsack
 Persoalan: Diberikan n buah objek dan sebuah knapsack dengan kapasitas bobot K. Setiap objek memiliki properti bobot (weigth) wi dan keuntungan(profit) pi.
Bagaimana memilih memilih objek-objek yang dimasukkan ke dalam knapsack sedemikian sehingga memaksimumkan keuntungan. Total bobot objek yang dimasukkan ke dalam knapsack tidak boleh melebihi kapasitas knapsack.
 Persoalan 0/1 Knapsack dapat kita pandang sebagai mencari himpunan bagian (subset) dari keseluruhan objek yang muat ke dalam knapsack dan memberikan total keuntungan terbesar.
 Solusi persoalan dinyatakan sebagai vektor n-tupel:
X = {x1, x2, …, xn}
xi = 1 jika objek ke-i dimasukkan ke
dalam knapsack,
xi = 0 jika objek ke-i tidak
dimasukkan.
Formulasi secara matematis:
 Algoritma exhaustive search untuk persoalan 0/1 Knapsack:
1. Enumerasikan (list) semua himpunan
bagian dari himpunan dengan n objek.
2. Hitung (evaluasi) total keuntungan dari
setiap himpunan bagian dari langkah 1.
3. Pilih himpunan bagian yang memberikan
total keuntungan terbesar.
 Contoh: n = 4.
w1 = 2; p1 = 20
w2 = 5; p2 = 30
w3 = 10; p3 = 50
w4 = 5; p4 = 10
Kapasitas knapsack K = 16
Langkah-langkah pencarian solusi 0/1 Knapsack secara exhaustive search dirangkum dalam tabel di bawah ini:
 Berapa banyak himpunan bagian dari sebuah himpunan dengan n elemen? Jawabnya adalah 2n.
Waktu untuk menghitung total bobot objek yang dipilih = O(n)
Sehingga, Kompleksitas algoritma exhaustive search untuk persoalan 0/1 Knapsack = O(n. 2n).
 TSP dan 0/1 Knapsack, adalah contoh persoalan eksponensial. Keduanya digolongkan sebagai persoalan NP (Non-deterministic Polynomial), karena tidak mungkin dapat ditemukan algoritma polinomial untuk memecahkannya.
 Exhaustive Search
dalam Bidang Kriptografi
 Di dalam bidang kriptografi, exhaustive search merupakan teknik yang digunakan penyerang untuk menemukan kunci enkripsi dengan cara mencoba semua kemungkinan kunci.
Serangan semacam ini dikenal dengan nama exhaustive key search attack atau brute force attack.
 Contoh: Panjang kunci enkripsi pada algoritma DES (Data Encryption Standard) = 64 bit.
Dari 64 bit tersebut, hanya 56 bit yang digunakan (8 bit paritas lainnya tidak dipakai).
 Jumlah kombinasi kunci yang harus dievaluasi oleh pihak lawan adalah sebanyak
(2)(2)(2)(2)(2) … (2)(2) = 256 =
7.205.759.403.7927.936
 Jika untuk percobaan dengan satu kunci memerlukan waktu 1 detik, maka untuk jumlah kunci sebanyak itu diperlukan waktu komputasi kurang lebih selama 228.4931.317 tahun!
 Meskipun algoritma exhaustive search tidak mangkus, namun –sebagaimana ciri algoritma brute force pada umumnya– nilai plusnya terletak pada keberhasilannya yang selalu menemukan solusi (jika diberikan waktu yang cukup).
 Mempercepat Algoritma Exhaustive Search
 Algoritma exhaustive search dapat diperbaiki kinerjanya sehingga tidak perlu melakukan pencarian terhadap semua kemungkinan solusi.

 Salah satu teknik yang digunakan untuk mempercepat pencarian solusi adalah teknik heuristik (heuristic).
 Teknik heuristik digunakan untuk mengeliminasi beberapa kemungkinan solusi tanpa harus mengeksplorasinya secara penuh. Selain itu, teknik heuristik juga membantu memutuskan kemungkinan solusi mana yang pertama kali perlu dievaluasi.
 Heuristik adalah seni dan ilmu menemukan (art and science of discovery).
Kata heuristik diturunkan dari Bahasa Yunani yaitu “eureka” yang berarti “menemukan” (to find atau to discover).
 Matematikawan Yunani yang bernama Archimedes yang melontarkan kata "heureka", dari sinilah kita menemukan kata “eureka” yang berarti “I have found it.”
 Heuristik berbeda dari algoritma karena heuristik berlaku sebagai panduan (guideline), sedangkan algoritma adalah urutan langkah-langkah penyelesaian.
 Heuristik mungkin tidak selalu memberikan hasil yang diinginkan, tetapi secara ekstrim ia bernilai pada pemecahan masalah.
 Heuristik yang bagus dapat secara dramatis mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dengan cara mengeliminir kebutuhan untuk mempertimbangkan kemungkinan solusi yang tidak perlu.
 Heuristik tidak menjamin selalu dapat memecahkan masalah, tetapi seringkali memecahkan masalah dengan cukup baik untuk kebanyakan masalah, dan seringkali pula lebih cepat daripada pencarian solusi secara lengkap.
 Sudah sejak lama heuristik digunakan secara intensif di dalam bidang intelijensia buatan (artificial intelligence).
 Contoh penggunaan heuristik untuk mempercepat algoritma exhaustive search
Contoh: Masalah anagram. Anagram adalah penukaran huruf dalam sebuah kata atau kalimat sehingga kata atau kalimat yang baru mempunyai arti lain.
Contoh-contoh anagram (semua contoh dalam Bahasa Inggris):
lived ® devil
tea ® eat
charm ® march
 Bila diselesaikan secara exhaustive search, kita harus mencari semua permutasi huruf-huruf pembentuk kata atau kalimat, lalu memerika apakah kata atau kalimat yang terbentuk mengandung arti.
 Teknik heuristik dapat digunakan untuk mengurangi jumlah pencarian solusi. Salah satu teknik heuristik yang digunakan misalnya membuat aturan bahwa dalam Bahasa Inggris huruf c dan h selalu digunakan berdampingan sebagai ch (lihat contoh charm dan march), sehingga kita hanya membuat permutasi huruf-huruf dengan c dan h berdampingan. Semua permutasi dengan huruf c dan h tidak berdampingan ditolak dari pencarian.

Contoh algoritma pencocokkan string
Algoritma-algoritma pencocokkan string dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian menurut arah pencariannya.
Tiga kategori itu adalah :
• Dari arah yang paling alami, dari kiri ke kanan, yang merupakan arah untuk membaca, algoritma yang termasuk kategori ini adalah:
1. Algoritma Brute Force
2. Algoritma dari Morris dan Pratt, yang kemudian dikembangkan oleh Knuth, Morris, dan Pratt
• Dari kanan ke kiri, arah yang biasanya menghasilkan hasil terbaik secara praktikal, contohnya adalah:
1. Algoritma dari Boyer dan Moore, yang kemudian banyak dikembangkan, menjadi Algoritma turbo Boyer-Moore, Algoritma tuned Boyer-Moore, dan Algoritma Zhu-Takaoka;
• Dan kategori terakhir, dari arah yang ditentukan secara spesifik oleh algoritma tersebut, arah ini menghasilkan hasil terbaik secara teoritis, algoritma yang termasuk kategori ini adalah:
1. Algoritma Colussi
2. Algoritma Crochemore-Perrin
Algoritma brute force dalam pencarian string
Algoritma brute force merupakan algoritma pencocokan string yang ditulis tanpa memikirkan peningkatan performa. Algoritma ini sangat jarang dipakai dalam praktek, namun berguna dalam studi pembanding dan studi-studi lainnya.
Cara kerja
Secara sistematis, langkah-langkah yang dilakukan algoritma brute force pada saat mencocokkan string adalah:
1. Algoritma brute force mulai mencocokkan pattern pada awal teks.
2. Dari kiri ke kanan, algoritma ini akan mencocokkan karakter per karakter pattern dengan karakter di teks yang bersesuaian, sampai salah satu kondisi berikut dipenuhi:
1. Karakter di pattern dan di teks yang dibandingkan tidak cocok (mismatch).
2. Semua karakter di pattern cocok. Kemudian algoritma akan memberitahukan penemuan di posisi ini.
3. Algoritma kemudian terus menggeser pattern sebesar satu ke kanan, dan mengulangi langkah ke-2 sampai pattern berada di ujung teks.
Berikut adalah Algoritma brute force yang sedang bekerja mencari string:

Pseudocode
Pseudocode algoritma brute force ini:
procedure BruteForceSearch(
input m, n : integer,
input P : array[0..n-1] of char,
input T : array[0..m-1] of char,
output ketemu : array[0..m-1] of boolean
)

Deklarasi:
i, j: integer

Algoritma:
for (i:=0 to m-n) do
j:=0
while (j < n and T[i+j] = P[j]) do
j:=j+1
endwhile
if(j >= n) then
ketemu[i]:=true;
endif
endfor

1 komentar:

choco's is mooviie mengatakan...

kita juga punya nih jurnal mengenai algoritma bruteforce, silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/2748/1/22-EVALUASI%20KINERJA%20ALGORITMA%20TRAVELING%20SALESMAN%20PROBLEM%20DENGAN%20TEKNIK%20PEMROGRAMAN%20DINAMIK.pdf
semoga bermanfaat yaa :)